Dira merindukan kehangatan laki laki jantan..

Saya Dira (sebut saja begitu) menemukan alamat E-Mail Rani dari salah satu situs iklan di Internet. Dari sekedar iseng-iseng, komunikasi berlanjut dengan saling bertukar informasi. Rani, sarjana ekonomi lulusan PTS yang cukup terkenal, saat ini bekerja sebagai Sekretaris Manajer di suatu perusahaan swasta di kota pahlawan. Ia seorang janda satu anak yang terpaksa berpisah dengan suaminya 3 tahun yang lalu. Status tersebut tidak berarti apa-apa buat saya, begitu pula Rani yang tidak peduli dengan status saya yang sudah menikah. Dari semula, hubungan kami memang didasari oleh keinginan untuk memiliki teman bicara dan bertukar pikiran, tidak lebih. Tingkat pendidikan kami yang setara, ditambah dengan pengalaman hidup masing-masing, membuat topik pembicaraan dalam setiap E-Mail menjadi sangat menarik dan Seru Panas…Setelah berkomunikasi cukup lama, saya tahu bahwa ternyata Rani juga sangat menggemari Cerita-Cerita Seru Panas dari situsnya Blogger. Sama seperti saya yang tidak pernah melewatkan cerita terbaru yang ditampilkan dalam situs tersebut. Ternyata cerita erotik bukan hanya diminati oleh kaum pria, tetapi juga digemari wanita.Setelah mengetahui hal itu, topik pembicaraan E-Mail kami semakin Seru Panas, semakin terbuka, dan kadang-kadang menjadi semakin panas. Saya mulai berani menuliskan imajinasi erotis yang saya bayangkan dilakukan terhadap Rani, yang ternyata dibalas dengan tulisan yang tidak kalah panasnya. Kami juga sering membahas topik-topik dalam Cerita Seru Panas-nya, dan saling membayangkan seandainya kami yang melakukan apa yang tertulis di sana. Walaupun masing-masing baru saling mengenal melalui foto yang juga dikirimkan melalui E-Mail, tetapi rasa tertarik, rasa sayang, rasa kangen dan juga nafsu, semakin berkembang dalam diri kami. Hubungan ini bukan lagi sebatas hubungan antar teman atau sahabat, tetapi lebih dari itu. Beberapa kali kami berencana untuk ketemu muka, tetapi selalu saja ada halangan karena kesibukan masing-masing atau juga hal-hal lainnya…Sebagai seorang konsultan dalam bidang Teknologi Informasi, saya sering bepergian ke banyak tempat di manca negara maupun dalam negeri. Suatu waktu, saya ditugaskan ke Bali untuk mencari peluang pengembangan usaha di pulau dewata tersebut. Dari kota Denpasar dimana saya menginap, saya menelepon Rani ke rumahnya malam hari. Kami kemudian terlibat pembicaraan yang sangat Seru Panas, dan saling membayangkan seandainya kami berada di satu kamar, di tempat tidur yang sama. Saya ceritakan apa yang akan saya lakukan terhadapnya, juga sebaliknya, lengkap dengan desahan dan rintihannya yang sangat menggairahkan. Malam itu saya mencapai puncak kenikmatan, walaupun sebenarnya dilakukan secara "Self Service". Saya yakin, Rani juga mengalami hal yang sama. Sungguh pengalaman yang mengasikkan…Keesokan harinya, yang pertama saya lakukan adalah menghubungi kantor penerbangan yang akan membawa saya kembali ke Jakarta, untuk membatalkan perjalanan tersebut. Saya mengubah rencana dengan membelokkan jalur perjalanan pulang melalui kota tempat tinggal Rani, baru kemudian kembali ke Bandung. Setelah "check-out" dari hotel, berangkatlah saya menuju kota pahlawan menggunakan Bus. Sampai di Sby jam 4 sore, langsung "Check-In" ke hotel yang cukup besar tidak jauh dari stasiun kereta. Dari kamar hotel yang cukup mewah, bersih dan sejuk, saya telepon Rani ke kantornya. Rani kaget dan tidak percaya bahwa saya sudah berada di kotanya, bahkan cukup dekat... hanya 15 menit perjalanan dari kantornya. Kami janjian ketemu jam 7 malam untuk makan bersama. Rani akan menjemput saya ke hotel. Sebagai seorang wanita karier, dia memiliki mobil sendiri dan sudah biasa mengemudikan kendaraan kemana-mana…Karena masih cukup waktu, saya berbaring di tempat tidur untuk menyegarkan diri. Mungkin karena lelah ditambah lagi dengan udara sejuk yang dihembuskan pendingin ruangan, sayapun tertidur. Cukup lama terlena, saya dikejutkan dan terbangun oleh suara ketukan di pintu, saat itu waktu baru menunjukkan pukul 6 sore. Dengan sempoyongan saya berdiri kemudian membuka pintu. Saya terkesima melihat sesosok wanita cantik yang nyaris sempurna, berdiri menatap saya dengan matanya yang bening. Tubuhnya ramping menawan dibalut busana merah dari bahan kaos, rambutnya hitam panjang tergerai sampai ke pinggul. Dari bibirnya yang merah mungil terdengar suara, "Hallo, Dira yha… saya Rani…". Saya sambut uluran tangannya, dan dengan sedikit kikuk saya mempersilahkannya masuk. Saya malu sekali karena saat itu penampilan saya masih acak-acakan, hanya berkaos oblong dan celana pendek. Saya persilahkan Rani duduk di kursi yang tersedia di sana, lalu saya minta ijin untuk mandi dan berpakaian. Pintu kamar saya biarkan terbuka agar Rani merasa nyaman dan tidak risih.Dengan sedikit tergesa, saya mengambil "perlengkapan perang" untuk mandi, lalu masuk ke kamar mandi. Air hangat dan sabun cair yang wangi sungguh menyegarkan. Teringat akan penampilan Rani, tanpa sadar nafsuku meningkat hingga batang kemaluanku mengeras. Ingin rasanya keluar dan menyergap dirinya, lalu bercinta dengan Rani habis-habisan. Tapi, apakah Rani yang sebenarnya se "nakal" tulisannya ? Bagaimana jika Rani menolak dan melawan ? Seribu pertanyaan terlintas dalam pikiranku yang rupanya masih cukup waras dan sadar. Saya selesaikan mandi dengan cepat, berpakaian, menyemprotkan wangi-wangian, lalu keluar…Begitu pintu terbuka, lagi-lagi sosok cantik itu mengagetkan saya karena sudah berdiri di sana. Tanpa basa-basi, Rani langsung memelukku dengan kuat. Mukanya yang cantik disembunyikan di dadaku. Dari mulutnya terucap "Dira,… Rani kangen…". Saya balas pelukannya, lalu saya ciumi rambutnya… hmmm, wangi ! Rani menengadahkan mukanya, lalu saya cium bibirnya dengan sangat lembut, perlahan sekali. Rani membalas ciuman saya dengan semangat, kemudian lidahnya terjulur memasuki ruangan mulut, menyapu langit-langit, menelusuri gigi. Saya hisap lidahnya, kemudian balas memasuki ruangan mulutnya dengan lidah. Rani mendesah… eeehhhmmmm. Saya lihat matanya tertutup rapat menyatukan bulu matanya yang lentik dan indah. Pemandangan yang sangat menarik.Tangannya mulai mengusap-usap punggungku dengan lembut, dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan… Diperlakukan seperti itu, nafsu yang tadinya sudah reda, kembali meningkat. Batang kemaluan kembali mengeras dan membesar, menimbulkan rasa sakit karena masih terbungkus celana jeans yang keras karena masih lumayan baru. Dengan sudut mata kulihat bahwa ternyata pintu kamar sudah tertutup dan terkunci dengan rapat…Perlahan kubimbing Rani menuju tempat tidur. Agak susah memang karena kami masih tetap berpelukan dan berciuman. Kurebahkan Rani di tempat tidur, lalu saya berbaring disamping kirinya, memeluknya, dan kembali mencium bibirnya. Tangan Rani memeluk leherku kuat sekali, seakan tidak ingin melepaskannya sampai kapanpun. Entah dari mana ia mendapat tenaga, tetapi Rani berhasil membuat saya telentang, dan tubuhnya berada diatas, lalu kembali menikmati permainan lidah. Perlahan Rani turun, mencium dagu, lalu ke leher. Saya menutup mata, menikmati sensasi yang tidak terkira. Perlahan Rani membuka kancing kemejaku satu demi satu, lalu dengan bantuanku, akhirnya lepaslah kemeja itu bersama dengan kaos dalamnya. Rani menciumi dadaku inci demi inci, tanpa ada yang terlewat. Nafsuku semakin memuncak, tetapi masih ragu-ragu untuk berbuat lebih jauh…Setelah puas bermain di dada, Rani turun lagi ke bawah. Mencium pusar, lalu turun lebih ke bawah lagi. Hmm… nakal juga anak ini. Dibukanya kancing celana, agak susah memang. Kemudian, dengan giginya, ditariknya retsluitingku. Lalu, dengan kedua tangannya, ditariknya jeans itu ke bawah, sekalian dengan celana dalamnya, perlahan sekali. Batang kemaluanku berdiri tegak, besar dan keras. Setelah kedua celana itu lepas, Rani menciumi telapak kakiku, lalu perlahan-lahan kembali ke atas. Saya hanya bisa menahan nafas, menerima kenikmatan yang tidak terkira. Lalu, astaga,… benar-benar nakal anak ini. Diciumnya kepala kemaluanku, lalu dengan perlahan, dimasukkannya ke dalam mulutnya. Saya mengerang keras… ngggghhh… aaahhh !! Dengan lidahnya yang kasar dan basah, dijilatnya seluruh batang kemaluan itu, mulai dari kepala sampai ke pangkalnya. Rani sempat berkomentar, "Wangi sekali Dir…". Ach, untung saya sempat menyabuni dan menggosoknya waktu mandi tadi…Ada sesuatu yang mendesak dari dalam, ingin keluar. Kutahan sekuatnya agar tidak bobol. Kutarik kepala Rani ke atas, lalu kubaringkan tubuhnya di sebelahku. Bibirnya yang merah, terbuka sedikit… sungguh menantang. Kuciumi lagi bibirnya, sementara tangan kiriku menelusuri tubuhnya, mulai dari leher, belahan dadanya, terus sampai ke paha. Kemudian, sambil mengelus tubuhnya, kutarik pakaiannya sekalian ke atas. Tanganku terus mengelus-elus kulit tubuhnya yang sangat halus, memutar menuju punggungnya, lalu "Klik", terlepaslah kaitan BH-nya. Dengan bantuan Rani, terbukalah pakaiannya. Kedua payudaranya walau tidak terlalu besar, sungguh sempurna dan padat, dengan puting kecoklatan yang terlihat sudah mengeras.Kuciumi kening Rani dengan penuh perasaan, kedua matanya yang tertutup, pipinya, bibirnya, dagunya, lehernya, dan sampai ke tengah belahan dadanya. Rani mengeluh sambil kedua tangannya meremas-remas rambutku. Dalam hati saya berniat untuk memberikan kenikmatan dan kepuasan setingi-tingginya buat Rani…Perlahan, dengan menggunakan lidah, kudaki salah satu gunung kembar yang indah itu. Sampai dipuncaknya, kukelilingi putingnya dengan lidah, lalu kumasukkan ke mulutku. Dengan cukup kuat tapi lembut, kuhisap puting susunya itu sambil kugigit pelan-pelan. Sementara itu, tangan kananku mempermainkan puting susunya yang sebelah lagi. Kepala Rani mendongak ke atas dan terlempar ke kiri ke kanan. Pasti ia merasakan kenikmatan yang amat sangat. Rani mengeluh dan mendesis… yyyhhhhaaaa… aaaahhhh, aaaaaduuuhhh.Setelah puas bermain di putingnya, tangan kananku perlahan-lahan ke bawah, menuju pusarnya. Perlahan turun lebih ke bawah, sampai ke kemaluannya yang menggunduk. Celana nylon itu ternyata sudah sangat basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya. Dengan hati-hati dan sangat perlahan, kuturunkan celana itu, dan lepas melewati kakinya. Kami berdua sudah telanjang bulat sekarang. Batang kemaluanku masih tegak berdiri, besar dan keras, sementara bulu-bulu halus yang menutupi vaginanya terlihat agak basah.Kulepas puting susunya dari mulutku, lalu dengan menggunakan lidah, kutelusuri bagian tengah perutnya turun ke bawah. Pusarnya kugelitik dan kujilat-jilat sedikit, lalu kembali meneruskan perjalanan ke bawah. Desahan dan erangan Rani semakin menjadi-jadi. Mudah-mudahan dinding kamar ini cukup kedap untuk menahan suara itu agar tidak terdengar ke luar. Desahan dan erangan yang sangat erotis, membuat detak jantungku semakin cepat…Vaginanya mengeluarkan aroma yang khas, membuatku semakin bernafsu. Dengan sangat hati-hati, kujilati vaginanya, kutelusuri seluruh lekuk-lekuk yang ada di sana, lalu dengan perlahan kuhisap tonjolan kecil yang merupakan ujung syaraf kenikmatan seorang wanita. Erangan Rani semakin mengeras dan tidak karuan… adddduuuuhhh Dira… aaacchhh… enak sekali Dir… aaaccchhh, sementara kukunya seperti tertancap di kepalaku. Pantat Rani terangkat membuat tubuhnya melengkung indah…Kusudahi permainan lidah, dilanjutkan dengan permainan jari. Perlahan-lahan kuelus bagian luar vagina Rani, lalu dengan hati-hati kumasukkan jari tengah tangan kananku ke dalam lubang berdinding lembut dan halus. Kubengkokkan jariku ke atas, dan terasa mengenai permukaan yang dipenuhi tonjolan-tonjolan kecil, yang kubayangkan mirip dengan permukaan lidah. Kugosok-gosok lembut permukaan itu, sementara jari jempolku mengelus-elus tonjolan merah kecil di luar. Kepala Rani semakin menggila, terlempar ke kiri dan ke kanan, sementara erangannya semakin keras. Aaaaachhhh… Diraaa, aaammmpuuunnn… aaacchhh…! Saya tidak mau cepat-cepat menyelesaikan permainan ini, walaupun Rani sudah memohon ampun. Pantatnya terangkat semakin tinggi, semakin tinggi… dan akhirnya terhempas ke busa tempat tidur. Rani terkulai lemas… disekujur tubuhnya yang putih mulus terlihat butiran-butiran kecil keringatnya. Kekasihku ini sudah sampai pada puncak kenikmatannya, yang pertama !Rani menarik kepalaku ke atas, lalu menciumi bibirku dengan gemas. "Terima Kasih Dira…" katanya. Kuciumi bibirnya dengan penuh rasa sayang, lalu kembali kami saling beradu lidah. Sementara itu, tangan kananku membimbing batang kemaluanku menuju vaginanya. Kugosok-gosokkan ke gerbang kewanitaannya itu, lalu dengan perlahan-lahan kudorong masuk. Sedikit demi sedikit batang keras dan besar itu menguak dinding-dinding halus yang saya yakin sudah cukup lama tidak dimasuki. Otot-otot dinding vagina Rani masih sangat kuat, menimbulkan rasa nikmat yang tidak terkira. Kulihat ekspresi muka Rani, dan ternyata tampak wajar, malah terlihat sangat menikmati. Setelah berhasil masuk seluruhnya, saya mulai memompanya, keluar, masuk, keluar, masuk,… perlahan tetapi dengan penuh tenaga. Bunyi kecipak yang ditimbulkan menimbulkan sensasi yang terasa lain. Kedua kaki Rani kemudian memeluk pinggulku, menyebabkan otot dinding vaginanya berkontraksi. Batang kemaluanku serasa dipijat dan ditekan-tekan, nikmat sekali… Aaaahhhh Rannniii… eennnaaakkk sekali !!Saya tidak tahu berapa lama, sampai akhirnya ada sesuatu yang sangat mendesak untuk keluar, disertai rasa nikmat yang amat sangat. Kupercepat gerakan keluar masuk itu hingga Rani kembali mengerang keras… aaaahhhh Dirrraaa… ennnaaaakkk… ampuuuunnn… aaahhhh. Kepalanya kembali bergerak kekiri ke kanan tidak beraturan, sementara kuku-kuku jari tangannya seperti menusuk punggungku, lalu kembali terkulai lemas. Kasihan juga melihat Rani lemas seperti itu, tapi bagaimana lagi, tanggung. Kupompa semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat… lalu kuhunjamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya. Rani terlihat pasrah dan sudah kehabisan tenaga. Terasa beberapa kali spermaku menyemprot kuat ke dalam vaginanya, terus menerus sampai habis. Tubuhku basah kuyup oleh keringat, demikian juga kulihat Rani… Rani menatapku mesra, menarik kepalaku, memelukku, mencium mesra bibirku, lalu berucap… "Terima kasih Dira, kamu sungguh luar biasa…

Tidak ada komentar: